Thursday 31 January 2013

Gugurnya Resi Bisma


http://oktadwianggoro.blogspot.co.id/search/label/Ilmu%20Pengetahuan

 Resi Bisma atau Prabu Dewabrata adalah putra tunggal Prabu Sentanudewa dengan Dewi Ganggawati.Namun Prabu Sentanudewa ingin menikah dengan seorang wanita lagi. Sang Prabu tergiur putri cantik janda Begawan Parasara yang bernama Dewi Durgandini. Lamaran Sang Prabu diterima, tetapi dengan syarat, yang pertama  jika Dewi Durgandini berputra laki-laki, putranyalah yang berhak menggantikan Prabu Sentanudewa sebagai raja Astina, bukan Dewabrata. Kedua, kelak yang menduduki tahta Astina untuk selanjutnya juga bukan keturunan Dewabrata, melainkan anak cucu Dewi Durgandini. Sang Dewabrata yang sangat cinta dan berbakti kepada orang tuanya itu ia mendukung terlaksananya perkawinan ayahnya dengan Dewi Durgandini. Untuk kepentingan itu Sang Dewabrata berjanji kepada diri nya sendiri bahwa, Sang Dewabrata tidak berkehendak menjadi raja Astina menggantikan ayahnya. Kedua, tidak akan menikah untuk selama-lamanya (wahdat) dan akan hidup sebagai Brahmacarya di pertapaan.
Perkawinan Prabu Sentanudewa dengan Dewi Durgandani melahirkan putra dua orang yaitu Raden Citragada dan Raden Wicitrawirya. Kedua orang putra tersebut sangat disayang oleh orang tuanya dan oleh Sang Dewabrata.

Pada suatu hari negeri Kasi mengadakan sayembara merebutkan putri raja bertiga, yaitu Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika. Bentuk sayembara adalah memenangkan perang dengan dua orang raksasa, yaitu Wahmuka dan Arimuka. Telah banyak para raja dan satria mengikuti sayembara, tidak ketinggalan pula Sang Dewabrata. Para raja mancanegara menjadi heran melihat sang Dewabrata mengikuti sayembara, sebab mereka tahu bahwa Sang Dewabrata menjalani wahdat. Para putri raja juga bertanya-tanya, mau apa Dewabrata ikut-ikut sayembara. Para putri raja tidak menaruh simpati kepada Sang Dewabrata. Dewi Amba justru tertarik kepada seorang raja yang bernama Prabu Salwa. Sayembara berlangsung, para raja dan satria berganti-ganti melawan Wahmuka dan Arimuka, tetapi tak seorangpun dapat mengalahkannya. Tiba gilirannya Sang Dewabrata memasuki sayembara. Sang Dewabrata yang sakti itu dapat membunuh Wahmuka dan Arimuka. Maka dari itu ketiga orang putrid raja yaitu Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika menjadi boyongan Sang Dewabrata. Kereta kuda telah siap mengankut putri-putri boyongan dibawa pulang ke Astina. Tanpa diduga oleh Sang Dewabrata putri tertua, yaitu Dewi Amba mengeluarkan isi hatinya, bahwa ia telah menaruh cinta kepada Prabu Salwa. Dengan alasan itu Dewi Amba tidak mau diboyong ke Astina. Sang Dewabrata satria yang luhur budi mengabulkan permohonan Dewi Amba. Dengan besar hati Dewi Amba akan menemui Prabu Salwa. Singkat cerita Dewi Amba dapat menghadap Prabu Salwa, kemudian Dewi Amba menumpahkan rasa cinta kasih kepada Prabu Salwa. Sang raja yang juga menaruh cinta kepada Dewi Amba ia merasa gembira menerima ungkapannya. Tetapi Prabu Salwa merasa hina jika menerima Dewi Amba dan disarankan agar kembali kepada Dewabrata.
Dengan rasa sedih dan malu Dewi Amba menuju tempat Sang Dewabrata. Dengan hati berat dan kata tersendat-sendat Dewi Amba menyerahkan diri kepada Sang Dewabrata untuk diperistri. Tetapi Sang Dewabrata berteguh hati akan hidup sebagai maharsi, maka permintaan Dewi Amba ditolak.
Sekali lagi, Sang Dewabrata tetap menolak. Walaupun menanggung malu Dewi Amba merayu agar Sang Dewabrata mau menikahinya. Sang Dewabrata membentak dan menyuruh pergi Sang Dewi. Untuk menakut-nakuti Sang Dewi, Sang Dewabrata menarik busur panah. Sang Dewabrata tidak menyangka bahwa anak panah  akan terlepas dari tangannya.Dan seketika itu juga anak panah itu menembus dada Amba sehingga menemui ajalnya. Sebelum meninggal Dewi Amba berkata bahwa ia akan membalas sang Dewabrata dalam perang baratayuda dengan perantaraan prajurit wanita dari Pandawa.
Sang Dewabrata dengan dua orang putri boyongan naik kereta angkasa menuju Astina. Setelah sampai di Astina kedua orang putri boyongan dipersembahkan kepada ayahanda, selanjutnya Dewi Ambika dikawinkan dengan Raden Citragada, Dewi Ambalika dikawinkan dengan Raden Wicitrawirya. Adapun Sang Dewabrata meninggalkan Astina menjadi Brahmacarya dipertapaan Talkandha dengan sebutan Brahmana Resi Wara Bisma, artinya prajurit wahdat yang sangat sakti. Resi Bisma tidak akan kalah perang walaupun lawannya para dewa. Resi Bisma tidak akan dapat mati jika tidak atas permintaannya sendiri. Dewi Amba akan membalas Resi Bisma dalam perang Baratayuda dengan perantara prajurit wanita dari Pandawa”.
Pada suatu hari tibalah saat perang Baratayuda. Para prajurit menghujani panah kepada Sang Resi, tetapi satupun tidak ada yang melukainya. Resi Bisma terus maju memecah belah barisan prajurit putri. Sampailah sudah Resi Bisma berhadapan dengan Sang Senapati, yaitu Dewi Wara Srikandi. Dewi Bisma memandang wajah Dewi Wara Srikandi terbayang Dewi Amba menagih janji. Sang Resi berkata:”Cucuku Wara Srikandi, telah sampai pada saatnya, bahwa eyang akan mati. Cucuku, lepaskan panahmu ke ulu hatiku!”
Setelah Dewi Wara Srikandi mengambil sembah segera melepas panah Pasopati, ternyata tepat mengenai dada Sang Resi. Akhirnya panah menjadikan Sang Resi jatuh ke tanah, luka parah menyebabkan Sang Resi menyerah.Dan akhirnya Resi Bisma yang berlumuran darah menemui ajalnya.

This entry was posted in

0 komentar:

Post a Comment