Resi Bisma atau
Prabu Dewabrata adalah putra tunggal Prabu Sentanudewa dengan Dewi Ganggawati.Namun
Prabu Sentanudewa ingin menikah dengan seorang wanita lagi. Sang Prabu tergiur
putri cantik janda Begawan Parasara yang bernama Dewi Durgandini. Lamaran Sang
Prabu diterima, tetapi dengan syarat, yang pertama jika Dewi Durgandini berputra laki-laki,
putranyalah yang berhak menggantikan Prabu Sentanudewa sebagai raja Astina,
bukan Dewabrata. Kedua, kelak yang menduduki tahta Astina untuk selanjutnya
juga bukan keturunan Dewabrata, melainkan anak cucu Dewi Durgandini. Sang
Dewabrata yang sangat cinta dan berbakti kepada orang tuanya itu ia mendukung
terlaksananya perkawinan ayahnya dengan Dewi Durgandini. Untuk kepentingan itu
Sang Dewabrata berjanji kepada diri nya sendiri bahwa, Sang Dewabrata tidak
berkehendak menjadi raja Astina menggantikan ayahnya. Kedua, tidak akan menikah
untuk selama-lamanya (wahdat) dan akan hidup sebagai Brahmacarya di pertapaan.
Perkawinan Prabu Sentanudewa dengan Dewi Durgandani
melahirkan putra dua orang yaitu Raden Citragada dan Raden Wicitrawirya. Kedua
orang putra tersebut sangat disayang oleh orang tuanya dan oleh Sang Dewabrata.
Pada suatu hari negeri Kasi mengadakan sayembara
merebutkan putri raja bertiga, yaitu Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika.
Bentuk sayembara adalah memenangkan perang dengan dua orang raksasa, yaitu
Wahmuka dan Arimuka. Telah banyak para raja dan satria mengikuti sayembara,
tidak ketinggalan pula Sang Dewabrata. Para raja mancanegara menjadi heran
melihat sang Dewabrata mengikuti sayembara, sebab mereka tahu bahwa Sang
Dewabrata menjalani wahdat. Para putri raja juga bertanya-tanya, mau apa
Dewabrata ikut-ikut sayembara. Para putri raja tidak menaruh simpati kepada
Sang Dewabrata. Dewi Amba justru tertarik kepada seorang raja yang bernama
Prabu Salwa. Sayembara berlangsung, para raja dan satria berganti-ganti melawan
Wahmuka dan Arimuka, tetapi tak seorangpun dapat mengalahkannya. Tiba
gilirannya Sang Dewabrata memasuki sayembara. Sang Dewabrata yang sakti itu
dapat membunuh Wahmuka dan Arimuka. Maka dari itu ketiga orang putrid raja
yaitu Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika menjadi boyongan Sang Dewabrata.
Kereta kuda telah siap mengankut putri-putri boyongan dibawa pulang ke Astina.
Tanpa diduga oleh Sang Dewabrata putri tertua, yaitu Dewi Amba mengeluarkan isi
hatinya, bahwa ia telah menaruh cinta kepada Prabu Salwa. Dengan alasan itu
Dewi Amba tidak mau diboyong ke Astina. Sang Dewabrata satria yang luhur budi
mengabulkan permohonan Dewi Amba. Dengan besar hati Dewi Amba akan menemui
Prabu Salwa. Singkat cerita Dewi Amba dapat menghadap Prabu Salwa, kemudian
Dewi Amba menumpahkan rasa cinta kasih kepada Prabu Salwa. Sang raja yang juga
menaruh cinta kepada Dewi Amba ia merasa gembira menerima ungkapannya. Tetapi
Prabu Salwa merasa hina jika menerima Dewi Amba dan disarankan agar kembali
kepada Dewabrata.
Dengan rasa sedih dan malu Dewi Amba menuju tempat
Sang Dewabrata. Dengan hati berat dan kata tersendat-sendat Dewi Amba
menyerahkan diri kepada Sang Dewabrata untuk diperistri. Tetapi Sang Dewabrata
berteguh hati akan hidup sebagai maharsi, maka permintaan Dewi Amba ditolak.
Sekali lagi, Sang Dewabrata tetap menolak. Walaupun
menanggung malu Dewi Amba merayu agar Sang Dewabrata mau menikahinya. Sang
Dewabrata membentak dan menyuruh pergi Sang Dewi. Untuk menakut-nakuti Sang
Dewi, Sang Dewabrata menarik busur panah. Sang Dewabrata tidak menyangka bahwa anak
panah akan terlepas dari tangannya.Dan
seketika itu juga anak panah itu menembus dada Amba sehingga menemui ajalnya.
Sebelum meninggal Dewi Amba berkata bahwa ia akan membalas sang Dewabrata dalam
perang baratayuda dengan perantaraan prajurit wanita dari Pandawa.
Sang Dewabrata dengan dua orang putri boyongan naik
kereta angkasa menuju Astina. Setelah sampai di Astina kedua orang putri
boyongan dipersembahkan kepada ayahanda, selanjutnya Dewi Ambika dikawinkan
dengan Raden Citragada, Dewi Ambalika dikawinkan dengan Raden Wicitrawirya.
Adapun Sang Dewabrata meninggalkan Astina menjadi Brahmacarya dipertapaan
Talkandha dengan sebutan Brahmana Resi Wara Bisma, artinya prajurit wahdat yang
sangat sakti. Resi Bisma tidak akan kalah perang walaupun lawannya para dewa.
Resi Bisma tidak akan dapat mati jika tidak atas permintaannya sendiri. Dewi
Amba akan membalas Resi Bisma dalam perang Baratayuda dengan perantara prajurit
wanita dari Pandawa”.
Pada suatu hari tibalah saat perang Baratayuda. Para
prajurit menghujani panah kepada Sang Resi, tetapi satupun tidak ada yang
melukainya. Resi Bisma terus maju memecah belah barisan prajurit putri.
Sampailah sudah Resi Bisma berhadapan dengan Sang Senapati, yaitu Dewi Wara
Srikandi. Dewi Bisma memandang wajah Dewi Wara Srikandi terbayang Dewi Amba menagih
janji. Sang Resi berkata:”Cucuku Wara Srikandi, telah sampai pada saatnya,
bahwa eyang akan mati. Cucuku, lepaskan panahmu ke ulu hatiku!”
Setelah Dewi Wara Srikandi mengambil sembah segera
melepas panah Pasopati, ternyata tepat mengenai dada Sang Resi. Akhirnya panah
menjadikan Sang Resi jatuh ke tanah, luka parah menyebabkan Sang Resi menyerah.Dan
akhirnya Resi Bisma yang berlumuran darah menemui ajalnya.
0 komentar:
Post a Comment