Khusnudzon
“Begitu indahnya bila kita memiliki
hati yang bersih, pikiran yang selalu positif, dan tindakan yang lurus. Kita
akan memandang diri kita penuh dengan rasa syukur. Apapun yang kita miliki dan
terima, semua dikembalikan lagi kepada Allah. Karena Allah akan memberikan
nikmat yang lebih banyak lagi bila hamba-Nya bersyukur pada-Nya. Itulah janji
Allah, yang tak akan pernah diingkari oleh-Nya. La in syakartum La
aziidannakum (Jika kalian bersyukur, niscaya Aku (ALLAH) akan menambah
rizkimu)…QS.14 : 7
Dengan pikiran yang jernih, kita pun
tidak terlalu banyak menuntut orang lain untuk berbuat begini dan begitu sesuai
dengan yang kita inginkan. Pikiran kita tidak melulu menuntut tapi selalu
memberi perhatian dan toleransi pada orang lain dan berusaha mengerti keadaannya
walau bagaimanapun.
Husnudzon atau berbaik sangka pada siapapun adalah kunci kita bisa
membangun hubungan baik dengan orang lain. Rasulullah pun pernah mengatakan
bahwa tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah husnudzon.
Sedangkan yang tertinggi adalah itsar (mendahulukan kepentingan orang
lain dibanding kepentingan sendiri)
Artinya, bahwa sebuah ukhuwah
(ikatan persaudaraan) akan terjalin indah bila satu sama lain saling mengerti
dan memahami. Tidak pernah terpikir dan terbersit perasaaan dendam, iri atau
kesal dengan perilaku orang lain. Jangankan dengki, iri saja pun tidak
diperkenankan oleh Allah. Bila kita sudah ada rasa su’udzon, berarti
kita sudah melewati syarat sebuah ukhuwah dapat terwujud.
Bagaimana kita bisa itsar
kalau husnudzon saja terasa begitu sulit?
Bagaimana kita bisa mengalah demi
orang lain jika berbaik sangka saja rasanya begitu susah?
Husnudzon terlihat seperti perkara yang mudah, namun ternyata
faktanya sangat sulit diaplikasikan. Lebih mudah bersu’udzon (berburuk
sangka) dibanding berbaik sangka. Karena memang syetan terus menghembuskan
nafsu dan egoisme kita untuk melihat kesalahan orang lain seperti melihat gajah
di pelupuk mata, dan mencari kebaikan orang lain seperti mencari semut hitam di
atas batu hitam (pas malem-malem, mati lampu pula)
Contoh kecil saja seringkali kita
alami. Misalnya ketika kita melihat ada orang lain yang perilakunya tidak kita
sukai, maka kita seakan-akan langsung berpikiran negatif bahwa orang itu memang
mengada-ada, suka cari perhatian, atau piktor piktor lainnya (piktor = pikiran
kotor). Padahal, bisa jadi dia melakukan itu karena terpaksa atau tidak
sengaja. Kita sebaiknya memikirkan 40 alasan yang mendasari ia bisa berbuat
seperti itu dan mencoba memahaminya.
Yang terjadi seringnya kita malah ghibah
alias gosssip(membicarakan keburukannya pada orang lain) dan tidak mau berusaha
memberi kesadaran pada orang itu. Kalo kita hanya sekadar bisanya cuma bergosip
gosip show (yang semakin digosok semakin siiip), maka orang itu tidak akan
pernah tau dan menyadari bahwa dirinya mungkin pernah berbuat salah. Dalam Al
Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 dijelaskan :
“Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu
adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Masya Allah, begitu buruknya analogi
orang yang suka menggunjingkan orang lain, seperti memakan bangkai saudaranya
sendiri. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa kalau kita ngomongin orang, maka
dosa orang itu akan diambil sama kita. Jadi dosanya bisa-bisa double, malah
triple.
Terlepas dari seberapa besar dosa
yang akan kita dapatkan dengan kita selalu berburuk sangka dan mencari-cari
kesalahan orang lain, kemudian mempergunjingkannya kepada orang lain. Tetap saja
perbuatan tersebut merupakan perbuatan sia-sia yang akan membunuh diri kita
sendiri. Otomatis orang yang selalu berpikiran negatif, tidak akan pernah puas
dan tidak suka melihat orang lain bahagia. Walhasil, hatinya selalu dipenuhi
noda kebusukan untuk menghasut bahkan memfitnah. Hidupnya tidak akan tenang dan
tidak akan pernah merasa aman dan nyaman. Hidupnya selalu sengsara dan
menderita tekanan batin tingkat tinggi.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Khusnudzon
§ Menurut
Al Qur’an Dan Hadist
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu
menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” Q.S. Al Hujarat : 12
Dalam sebuah
hadis Qudsi allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamabaKu terhadapKu.
§
Menurut Bahasa
Husnudzon arti
harfiahnya adalah berbaik sangka. Husnudzon kepada Allah berarti berbaik sangka
kepada Allah dalam hal apapun. Hal ini adalah salah satu cara agar kita dapat
selalu mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kita. Kebahagiaan,
kesedihan, berkah, musibah dan apapun yang telah ditetapkan oleh Allah atas
diri kita pasti mengandung hikmah yang dapat kita petik.
§
Menurut Tokoh
§
Ibnu
Athaillah as-Sakandaru
Husnudzon atau
berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun
hubungan dengan Allah Ta’ala. karena banyak orang yang mengalami
kesulitan-kesulitan psikhologis ketika harus berbaik sangka kepada Allah
terutama jika si hamba Allah ini tertimba takdir yang dirasakan tidak sesuai
dengan keinginannya.
§
Rasulullah
Rasulullah pun pernah mengatakan bahwa tingkatan ukhuwah
yang paling rendah adalah husnudzon. Sedangkan yang tertinggi adalah itsar
(mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan sendiri)
§ Menurut
Saya
Khusnudzon
adalah suatu pikiran berbaik sangka, positif yang di lakukan seseorang terhadap
sesama manusia dan juga Allah S.W.T., dan hal ini dapat menjadi kunci bagi kita
untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dan Allah Ta’ala.
B.
Implementasi
Khusnudzo
1. Terhadap
Teman
§ Selalu
berprasangka baik atas segala tindakan teman.
§ Tidak
pernah menggunjingkan antar teman.
§ Menerima
teman dengan apa adanya.
§ Tidak
membeda-bedakan antar teman.
§ Tidak
pernah terbesit dan terpikir perasaan dendan terhadap teman.
§
Misalnya ketika kita melihat ada
teman yang perilakunya tidak kita sukai, maka kita seakan-akan langsung
berpikiran negatif bahwa teman itu memang mengada-ada, suka cari perhatian,
atau piktor piktor lainnya (piktor = pikiran kotor). Padahal, bisa jadi dia
melakukan itu karena terpaksa atau tidak sengaja. Kita sebaiknya memikirkan 40
alasan yang mendasari ia bisa berbuat seperti itu dan mencoba memahaminya.
§
2. Terhadap
Orang Tua
§ Selalu
mendengarkan nasihat orang tua.
§ Tidak
pernah membantah perintah orang tua.
§ Selalu
mengerjakan perintah orang tua
§ Selalu
berbaiksangka terhadap segala perbuatan orang tua.
3. Terhadap
Dhuafa
§ Kita
selalu berfikiran positif terhadap mereka.
§ Jika
kita punya rejeki berlebih sebaiknya kita selalu berbagi dengan kaum dhuafa.
§ Kita
tidak boleh membiarkan mereka kelaparan.
C.
Langkah-langkah berkhusnudzon
Jika engkau bertemu
Seseorang,Maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu,Ucapkan dalam hatimu:
“Bisa Jadi Kedudukannya disisi ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Jauh lebih baik dan
lebih tinggi dariku”..
~Jika bertemu anak Kecil,Maka Ucapkanlah (dalam hatimu)..
“Anak ini belum bermaksiat Kepada ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Sedangkan diriku telah banyak bermaksiat Kepada~Nya,Tentu anak ini Jauh lebih baik dariku”..
“Anak ini belum bermaksiat Kepada ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Sedangkan diriku telah banyak bermaksiat Kepada~Nya,Tentu anak ini Jauh lebih baik dariku”..
~Jika bertemu dengan Orang Tua,Maka Ucapkanlah (dalam hatimu)..
“dia telah beribadah Kepada ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Jauh lebih lama dariku,Tentu dia lebih baik dariku”..
“dia telah beribadah Kepada ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Jauh lebih lama dariku,Tentu dia lebih baik dariku”..
~Jika bertemu dengan Seorang berilmu,Maka Ucapkanlah (dalam hatimu)..
“Orang ini Memperoleh Karunia yg tidak akan ku peroleh,Mencapai Kedudukan yg ti akan pernah ku capai,Mengetahui apa yg tidak ku ketahui,dan dia Mengamalkan Ilmunya,Tentu dia lebih baik dariku”..
“Orang ini Memperoleh Karunia yg tidak akan ku peroleh,Mencapai Kedudukan yg ti akan pernah ku capai,Mengetahui apa yg tidak ku ketahui,dan dia Mengamalkan Ilmunya,Tentu dia lebih baik dariku”..
~Jika bertemu dengan Seorang yg bodoh,Maka Ucapkanlah (dalam hatimu)..
“Orang ini bermaksiat Kepada ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Karena dia bodoh(Tidak tahu),Sedangkan Aku bermaksiat Kepada~Nya,Padahal Aku Mengetahui Akibatnya..
“Orang ini bermaksiat Kepada ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA,Karena dia bodoh(Tidak tahu),Sedangkan Aku bermaksiat Kepada~Nya,Padahal Aku Mengetahui Akibatnya..
Dan Aku Tdk tahu bagaimana Akhir Umurku dan Umurnya Kelak,dia tentu lebih
baik dariku..
~Jika bertemu dengan Orang Kafir,Maka Ucapkanlah (dalam hatimu)
“Aku tidak tahu,bagaimana Keadaannya Kelak,bisa jadi diakhir Usianya,dia Memeluk Agama Islam dan beramal Sholeh,dan bisa jadi diakhir Usia diriku Kufur dan berbuat buruk”..
“Aku tidak tahu,bagaimana Keadaannya Kelak,bisa jadi diakhir Usianya,dia Memeluk Agama Islam dan beramal Sholeh,dan bisa jadi diakhir Usia diriku Kufur dan berbuat buruk”..
(Nasehat: Syaikh Abdul
Qadir Al-Jailani)
D.
Keunikan
Khusnudzon
§
Dengan pikiran yang jernih, kita pun
tidak terlalu banyak menuntut orang lain untuk berbuat begini dan begitu sesuai
dengan yang kita inginkan. Pikiran kita tidak melulu menuntut tapi selalu
memberi perhatian dan toleransi pada orang lain dan berusaha mengerti
keadaannya walau bagaimanapun.
§
Husnudzon atau berbaik sangka pada siapapun adalah kunci kita bisa
membangun hubungan baik dengan orang lain. Rasulullah pun pernah mengatakan
bahwa tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah husnudzon.
Sedangkan yang tertinggi adalah itsar (mendahulukan kepentingan orang
lain dibanding kepentingan sendiri).
§
Selalu
memiliki perasaan yang damai dan tenang.
§
Menjalani
hidup dengan bahagia karena semuanya hanya mengharap ridho dari Allah S.W.T.
III. KESIMPULAN
Oleh
karena itu, marilah kita mulai menata hati kita. Untuk selalu berpikir positif,
untuk selalu berbaik sangka pada saudara-saudara kita. Dengan membiasakan berhusnudzon,
maka aktivitas kita akan terasa lebih mudah untuk dijalani. Karena Allah akan
selalu memberi jalan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha terus
memperbaiki dirinya dan memperbaiki sesama saudaranya dalam bangunan ukhuwah
yang kuat dan kokoh.
Untuk
membentuk sebuah bangunan ukhuwah yang kokoh memang perlu tadhiyah
(pengorbanan) yang tinggi. Untuk menjalin persaudaraan memang butuh tahap yang
sedikit demi sedikit. Dari tahap ta’aruf (pengenalan), tafahum
(saling memahami), takliful qulub (ikatan hati) dan takaful,
tadhiyah, serta ta’awun (toleransi, saling berkorban dan tolong
menolong).
Semuanya
butuh proses dan kesabaran yang tinggi. Semuanya butuh tahap dan komitmen yang
teguh. Hanya pada Allah kita berusaha dan bertawakkal. Hasbiyallaahu laa
ilaahailallaahu Allahu Akbar … ”
Ketauhilah oleh
kita semua bahwa lapang dan sempit merupakan media kasih sayang-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Dengan kelapangan dan kesempitan, sesungguhnya Alloh
berkehendak agar hamba-Nya selamat di negeri akhirat. Adakalanya Alloh
menghadirkan kelapangan agar hamba-Nya banyak bersyukur kepada-Nya. Adakalanya
Alloh menghadirkan kesempitan agar hamba-Nya kembali mengingat-Nya. Masukkan
kedalam hati sebagai hikmah firman-Nya ini,” Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia
ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di
antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang
baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran).” (QS : Al A’Roof (7) : 168).
Sangat jelas Alloh memberitahu manusia dalam firman-Nya itu. Nikmat dan bencana. Kelapangan dan kesempitan, Alloh yang menghadirkan. Kedua-duanya, tujuannya satu dan sama, yaitu agar manusia kembali kepada kebenaran. Kembali kepada jalan yang diridhoi-Nya.
Sangat jelas Alloh memberitahu manusia dalam firman-Nya itu. Nikmat dan bencana. Kelapangan dan kesempitan, Alloh yang menghadirkan. Kedua-duanya, tujuannya satu dan sama, yaitu agar manusia kembali kepada kebenaran. Kembali kepada jalan yang diridhoi-Nya.
0 komentar:
Post a Comment